"Di Telapak Kakimu" Karya : Tarto S (Bagian I)



 Bag. I

Hidup di kampung atau di pedesaan tepatnya di daerah kabupaten Pemalang  memang sulit untuk mencari pekerjaan, pekerjaan bisa didapat kalau kita bisa membuat lapangan pekerjaan sendiri, aku biasa dipanggil Riko setelah lulus aku bingung mau kerja apa? Kerja dimana? apalagi hanya lulusan SMK yang mungkin minim akan pengalaman untuk berbisnis apalagi materi di sekolah lebih banyak teori daripada praktek.
Dengan modal ijazah yang aku miliki, aku berniat untuk merantau ke Jakarta kebetulan disana ada keluarga yang mungkin bisa aku tumpangi selama menganggur disana, tapi aku berat untuk meninggalkan rumah aku tidak tega meninggalkan ibu sendirian.
Tekad sudah bulat setelah mendapat ijin dan restu pastinya dari ibu saya pergi ke Jakarta dengan ongkos yang waktu itu masih murah aku naik bus Sinar Jaya yang terkenal dengan pelayanannya, diperjalanan aku membayangkan bagaimana dengan kehidupan di Jakarta nanti? Dalam hatiku, “ ah peduli amat yang penting bisa kerja” sambil bergumam dalam hati dan pengamen jalananpun terdengar dari  dalam bis ketika berhenti di rumah makan, pengamen tarling yang dinyanyikan ibu – ibu paruh baya dengan handuk kecil dislempangkan di lehernya hal ini sering kita jumpai apalagi di Bus yang kelas ekonomi..
Aku tak perduli perut keroncongan , dengan ongkos yang pas – pasan itupun dari hasil ibu menjual kalung emas simpanannya, terbesit aku ingat ibu di kampung yang sering mengeluh ada benjolan di payudaranya, aku tidak berfikir sedikitpun untuk memeriksakan ibuku  ke Dokter , aku hanya berfikir mungkin itu bisul biasa.
Jam 4 sore terminal pulogadung sangat ramai sekali dengan hiruk pikuk ornag dengan urusan masing – masing,kaki kiriku kuinjakan turun dari bus , Alhamdulillah sudah sampai di Jakarta dan dengan bekal alamat yang ada di HP berupa  sms dari kakak, aku menuju ke angkot berwarna merah jurusan Cakung.
Setibaku di rumah kontrakan yang sepintas agak kumuh dan saling berhimpitan dengan rumah atau kamar disebelahnya, segelas teh hangat dan cemilan disuguhkan kakak iparku, “ Mas’e belum pulang ko , paling nanti maghrib, ni diminum dulu…! “ kata mbaku yang merupakan istri kakaku. Setelah ngobrol ngalor ngidul aku terlelep di ruang tamu dan begitu kagetnya terdengar suara motor di depan gang kontrakan, ternyata kakaku sudah pulang.
Setelah beberapa bulan mencari pekerjaan di kawasan industri daerah jakarta utaraAkhirnya aku mendapatkan pekerjaan disebuah pabrik garment di wilayah Jakarta Utara, itu berkat informasi yang didapat dari tetanggaku kebetulan sudah menduduki posisi lumayan penting yaitu pengawas di pabrik itu.
Awal kerja aku sudah mendapatkan cobaan, kakiku terpeleset ke selokan atau drainase yang ada di dalam gedung pabrik sangat sakit sekali, satu minggu aku diistirahatkan tapi tanpa ada santunan dari perusahaan yang mungkin dengan statusku masih training disitu. Tapi tidak apa-apa yang penting bisa istirahat agar luka di kaki cepat mengering.
Satu tahun berlalu aku hidup di Jakarta, logat jawaku sudah tidak terlalu kental karena banyak teman dari seluruh suku, ada medan, solo atau jawa wetan, sunda , NTT. Pergaulanku biasa saja dan sampai akhirnya aku bertemu dengan temen lama dia seorang gadis rumahnya satu kampung denganku dan tidak jauh dari rumahku, awalnya biasa saja tapi setelah sering ketemu di acara paguyupan perantau pemalang sepertinya ada rasa kecocokan dalam berbicara, berpikir dan pada awal Tahun baru aku jadian sama dia, namanya sungguh sangat unik dan khas jawa sebut saja “Raminah”  he he h. tapi hatinya baik dan sangat peduli keluarga.
BERSAMBUNG.....................

Komentar

Postingan Populer