CERITA PMI-KU
BERBAGI KASIH DI PMI
Ketika
mendengar kata “donor darah” saya dulu masih usia belasan lansung berfikir
tentang bagaimana orang yang di ambil darahnya dan di transfusikan ke orang
lain dengan cuma- cuma dan saya merasa itu merugikan sekali, alasanya sudah
tidak mendapatkan imbalan tapi darah saya di ambil untuk orang lain yang bukan
sodara atau teman saya.
Pada
tahun 2003 ( kurang lebih saya sudah lupa tepatnya ) ada kejadian dimana
orangtua teman saya di rawat di rumah sakit RSUD M ASHARI Pemalang, dua minggu
dirawat , waktu itu saya habis shalat isa tiba tiba Kasmuri ( nama teman saya)
yang bapakmya di rawat itu datang ke rumah
untuk minta di antar ke bapak RT
dan minta tolong untuk di carikan warga pendonor yang mau mendonorkan darahnya dan sama
golongan darahnya dengan bapaknya, tapi sampai jam 10 malam ada yang mau tapi
beda, ada yang sama tapi tidak mau karena takut.
Akhirnya
say berfikir untuk chek golongan darah di PMI yang dulu bangunanya tidak
sebagus sekarang, ternyata golongan darahnya sama, sayapun yang tadinya takut
akhirya yakin dan mantap karena niat untuk menolong teman saya itu.
Golongan
darah saya B kebetulan di PMI tidak ada stok, mungkin ada tapi keluarga pasien
harus mencari pengganti agar stok gol darah B tidak kosong, Setelah donor ada
rasa kebanggaan dan perasaan yang susah di ungkapkan karena ternyata begitu
berharganya menolong orang dengan mendonorkan darah dan ternyat ada sistem
simbiosis mutualisme , kita sebagai pendonor tidak dirugikan malah menjadi
sehat karena berdasarkan dari beberapa sumber baik dari Pakar Kesehatan atau
dari media bahwa dengan donor darah secara periodik maka sirkulasi darah kita
jadi bagus.
Sampai
sekarang sudah hampir 4 kali lebih saya sudah mendonorkan darah saya dan semata
mata utuk menolong saudara kita yang membutuhkan, dan paling penting sampai
sekarang alhamdulillah tidak ada
gangguan penyakit yang sangat berat.alasan terakhir kenapa saya
mendonorkan darah adalah karena saya tidak bisa beramal secara materi dan hanya
itu yang bisa saya sumbangkan.
Semoga
cerita nyata ini bisa menjadi stimulan dan memotifasi pembaca agar tergugah
hatinya. Dan jangan lupa harga mahal yang di bayar oleh si penerima transfusi
darah itu adalah biaya perawatan alat dan pengadaan kantong darah, dll.
Penulis : Tarto Slamet.
Selamat Hari PMI dan
Bulan Sabit Merah
Komentar
Posting Komentar