CERITA PMI-KU



BERBAGI KASIH DI PMI
http://seputartuban.com/wp-content/uploads/2012/04/Donor-darah.jpg
               
 Ketika mendengar kata “donor darah” saya dulu masih usia belasan lansung berfikir tentang bagaimana orang yang di ambil darahnya dan di transfusikan ke orang lain dengan cuma- cuma dan saya merasa itu merugikan sekali, alasanya sudah tidak mendapatkan imbalan tapi darah saya di ambil untuk orang lain yang bukan sodara atau teman saya.
                Pada tahun 2003 ( kurang lebih saya sudah lupa tepatnya ) ada kejadian dimana orangtua teman saya di rawat di rumah sakit RSUD M ASHARI Pemalang, dua minggu dirawat , waktu itu saya habis shalat isa tiba tiba Kasmuri ( nama teman saya) yang bapakmya di rawat itu datang ke rumah  untuk minta di antar ke bapak RT  dan minta tolong untuk di carikan warga pendonor  yang mau mendonorkan darahnya dan sama golongan darahnya dengan bapaknya, tapi sampai jam 10 malam ada yang mau tapi beda, ada yang sama tapi tidak mau karena takut.
                Akhirnya say berfikir untuk chek golongan darah di PMI yang dulu bangunanya tidak sebagus sekarang, ternyata golongan darahnya sama, sayapun yang tadinya takut akhirya yakin dan mantap karena niat untuk menolong teman saya itu.
                Golongan darah saya B kebetulan di PMI tidak ada stok, mungkin ada tapi keluarga pasien harus mencari pengganti agar stok gol darah B tidak kosong, Setelah donor ada rasa kebanggaan dan perasaan yang susah di ungkapkan karena ternyata begitu berharganya menolong orang dengan mendonorkan darah dan ternyat ada sistem simbiosis mutualisme , kita sebagai pendonor tidak dirugikan malah menjadi sehat karena berdasarkan dari beberapa sumber baik dari Pakar Kesehatan atau dari media bahwa dengan donor darah secara periodik maka sirkulasi darah kita jadi bagus.
                Sampai sekarang sudah hampir 4 kali lebih saya sudah mendonorkan darah saya dan semata mata utuk menolong saudara kita yang membutuhkan, dan paling penting sampai sekarang alhamdulillah tidak ada  gangguan penyakit yang sangat berat.alasan terakhir kenapa saya mendonorkan darah adalah karena saya tidak bisa beramal secara materi dan hanya itu yang bisa saya sumbangkan.
                Semoga cerita nyata ini bisa menjadi stimulan dan memotifasi pembaca agar tergugah hatinya. Dan jangan lupa harga mahal yang di bayar oleh si penerima transfusi darah itu adalah biaya perawatan alat dan pengadaan kantong darah, dll.

Penulis : Tarto Slamet.

Selamat Hari PMI dan Bulan Sabit Merah

Komentar

Postingan Populer